Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

Cute

PENGURUS HARIAN

Kota

Portfolio

Feature

» » Free Kick to My Andalucia's Promise Chapter 8



Chapter 8

Q.S Al Fatihah

author :noname


Kebumen, kota yang indah menurut Pak Tomo, kota yang penuh dengan kenangan. Aku sekarang sudah menginjakan kaki di tanah kelahiran Kak Amir ini. Terpampang tulisan STASIUN KEBUMEN. Aku sempatkan diri untuk salat subuh. Ambil air wudhu dan salat subuh. Di mushola tidak ada banyak orang yang sedang menunaikan ibadah salat. Karena masih ada waktu kusempatkan untuk membaca Al-Qur’an pemberian Radit. Mulai dengan ta’awud dan membaca surat pertama yaitu Al-Fatihah. Aku sempatkan baca terjemahannya.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang memiliki (merajai) hari pembalasan.
Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon.
Tunjukanlah kami jalan yang benar.
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan nikmat atas orang yang dibenci dan juga bukan orang-orang yang tersesat.

Tertegun, aku membaca terjemahan ayat Al-Fatihah ini. Ya Allah, sungguh aku memohon ampun kepada-Mu, aku telah menjadi orang yang penuh dalam kehawatiran dan keraguan. Ya Allah, terima kasih Engkau telah memberikan aku petunjuk untuk hidup di jalan yang Engkau ridhoi. Ya Allah kini aku benar-benar mengerti. Selama ini aku telah menyia-nyiakan yang telah Engkau beri. Sekarang aku akan mulai dengan hidup yang penuh dengan tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Pak Tomo akhirat dan dunia. Sekarang detik ini aku akan berubah.
.
.
.
Menuju rumah Kak Amir aku harus naik ojek atau kendaraan umum lainnya. Akan tetapi, aku putuskan untuk naik ojek. Rumah Kak Amir berada di pinggir Kebumen. Batas Kebumen timur masih ke timur sedikit yang melewati Jalan Kutoarjo. Ada TK Desaku dan pertigaan, kita berbelok. Kata Kak Amir pertigaan yang dipenuhi tukang ojek dan becak itu disebut Surupan, entah dari mana kata Surupan itu. Supir ojekku menyapa orang-orang di surupan saat kami melewatinya.

Pertigaan tersebut membuat kita sekarang berada di Jalan Pagar Kodok. Belum jauh dari Surupan, di jalan itu ada jembatan kereta, jalan kereta itu berada di atas jalan aspal ini. Seperti terowongan. Masih terus berlanjut. Pagi-pagi sekali matahari belum datang. Aku melewati persawahan, Balai Desa Wonosari. Itu pasti tempat perangkat desa bertugas dan tentunya ini namanya Desa wonosari. Bangunannya tidak seindah di Bandung. Banyak lumut di pagar-pagarnya. Papan yang bertuliskan identitas kantor itu pun sudah berkarat. Jauh sekali! Motor masih berjalan. Aku sudah bilang ke tukang ojeknya untuk jalan pelan-pelan.

Kita hampir sampai, aku berhenti. Di tepi jalan, sebenarnya tidak ada pertigaan di tempat aku berdiri. Namun, jendela kaca yang super besar rumah Kak Amir sudah terlihat. Aku hanya perlu berjalan belok ke halaman rumah orang-orang yang berjejeran hingga aku tepat di rumah Kak Amir. Rumahnya dilapisi batu-batu kecil yang sekarang dicat warna biru muda. Lantainya berkeramik warna hijau kecil. Masih seperti dulu. Tiga kaca-kaca yang super besar masih melekat menghiasai rumah tersebut. Rumahnya besar dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya. Halamannya pun luas dan tidak di pagari. Inilah uniknya di desa, kebanyakan halaman rumah orang-orang tidak di pagari walaupun ada yang di pagar itu juga pakai bambu. Jarang sekali rumah yang di pagari tembok beton yang menutupi rumahnya. Rumah yang menghadap selatan itu aku ketok pintunya. Kak Amir kaget, ketika melihatku berdiri di depan pintu rumahnya. Dia mempersilakan aku masuk.

Ayah dan ibu Kak Amir datang ingin melihat siapa tamu yang datang pagi-pagi sekali. Biasa aku panggil dengan sebutan Paman Li dan Bibi a. Sejak kecil aku memanggil ayah dan ibu Kak Amir demikian. Datang juga anak kecil yang manis nan cantik, namanya Lulu, adik dari Kak Amir yang sekarang kelas satu SMP. Dia berjilbab namun sifat tomboynya tidak hilang. Selalu jadi diri sendiri. Bibi La menyiapakan makanan dan kami pun makan bersama. Adik Kak Amir yang paling kecil baru bangun ketika kami sedang makan. Namanya Fahran. Dia baru kelas satu SD.

Kak Amir menyatakan pernyataan bahwa dirinya juga libur kuliah, makanya aku dan Kak Amir dapat leluasa berpetualang menjelajahi kota ini. Tadinya Lulu ingin ikut namun karena sekolahnya tidak sedang libur, dia mengurungkan niatnya. Kasihan dia, padahal semangatnya sudah semangat 45.

Paman Li dan Bibi La orangnya ramah, selalu ramah juga baik hati. Persis seperti Kak Amir. Paman Li bekerja sebagai guru SMK di Kebumen. Bibi La biasanya meluangkan waktunya sebagai ibu rumah tangga dengan membuat pernak pernik yang unik dan lucu. Lain lagi dengan Kak Amir sebagai mahasiswa UNS, Universitas Sebelas Maret di Kebumen. Kak Amir juga sebagai guru ngaji di sebuah TPQ dekat rumahnya.

...

Rohis Al-Madinah Planologi Undip

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu