https://pangutangans.files.wordpress.com/2011/12/muhammad-al-fatih-sosok-pemuda-tangguh.jpg |
Pahlawan Kemajuan Bangsa
Paradigma masyarakat
tentang pahlawan biasanya merujuk pada tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan atau
tokoh superhero di cerita kartun.
Pahlawan cenderung diartikan sebagai seseorang yang sangat berjasa karena
tindakannya yang menyelamatkan orang banyak. Cara pandang masyarakat terhadap
makna pahlawan berbeda tergantung konteks pembicaraannya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pahlawan diartikan sebagai orang
yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya. Jika ditelaah maka tidak ada ukuran pasti
seberapa besar keberanian dan pengorbanan yang harus dilakukan untuk disebut
sebagai pahlawan.
Menurut Filah, 2013 dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang disebutkan bahwa usia pemuda bagaikan
matahari yang berada di pertengahan siang hari yaitu matahari dengan energi
tertinggi. Dan peran pemuda adalah aktor pembangunan yang memberikan kemajuan
bagi Bangsa Indonesia. Peran pemuda ini terbukti dengan sejarah perjuangan
pemuda untuk meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan
adanya Sumpah Pemuda pada Bulan Okober. Ketika ada suatu pertanyaan siapa yang
menjadi pahlawan untuk kemajuan bangsa maka jawabannya adalah pemuda muslim.
Menurut The Pew Forum on Religion
and Public Life dalam Indrawan, 2015 disebutkan bahwa Indonesia
merupakan negara dengan populasi muslim tertinggi di dunia. Hal tersebut
dibuktikan bahwa dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia, 88,1% merupakan
penduduk beragama Islam. Sementara itu, menurut BPS Indonesia (2014)
mengungkapkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sekitar 61,83 juta atau 24,53%
dari jumlah penduduk Indonesia. Indonesia memiliki kuantitas sumberdaya manusia
yang cukup banyak dari usia produktif yang dimiliki pemuda. Maka dari itu,
Indonesia memiliki banyak sumberdaya manusia sebagai penggerak kemajuan Bangsa
Indonesia.
Pemuda Muslim Berkarakter Pahlawan
Pemuda muslim menjadi
jawaban atas kemajuan Bangsa Indonesia. Karakter pahlawan pun perlu dimiliki
pemuda muslim untuk kemajuan bangsa. Yang dimaksud dengan karakter adalah sifak
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas atau nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah, diri sendiri, sesame manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma,
budaya, dan adat istiadat (Tobroni, 2015).
Karakter pahlawan ini tentunya sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Karakter pahlawan tidak akan membuang energinya untuk memikirkan apakah akan
ditempatkan dalam sejarah manusia atau akan ditempatkan di puncak tertinggi,
yang dipikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling terhormat di sisi Allah (Matta, 2004). Karakter pahlawan
dimulai dari niat dari diri sendiri. Dengan menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah itu telah menjadi tanda bahwa seseorang memiliki
karakter pahlawan. Mengapa begitu? Karena dengan melakukan tindakan seperti itu
maka ia telah menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Ia telah
mengeluarkan keberanian dan pengorbanannya untuk memilih jalan yang benar.
Seperti dalam Q.S At-Tahrim Ayat 6 dikatakan, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka”.
Contoh pemuda muslim yang sukses menjadi pahlawan dan tentunya
berkarakter pahlawan adalah Muhammad Sultan Al Fatih (Filah, 2013).
Al Fatih merupakan pemuda berusia 21 tahun yang sukses menaklukkan
Konstantinopel. Karakter pahlawan telah ia tumbuhkan sejak kecil. Ketika ia
mengetahui sabda Rosulullah bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan oleh pasukan
terbaik dan dipimpin oleh panglima terbaik maka ia berusaha untuk menjadi
sebaik-baiknya pasukkan dan sebaik-baiknya panglima. Usahanya merupakan wujud
keberanian yang tentunya ada pengorbanannya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
karakter pahlawan telah tumbuh dalam diri Al Fatih.
Kadang diri sendiri tidak menyadari apakah karakter pahlawan itu telah
tumbuh atau belum dalam diri sendiri. Hal tersebut wajar karena karakter
pahlawan ini tidak dapat dilihat secara kuantitatif ditambah makna dari
pahlawan itu pun berbeda-beda. Akan tetapi, dalam hal ini karakter pahlawan
merujuk pada karakter manusia yang memiliki jiwa-jiwa kepahlawanan muslim.
Stakeholders Pembangunan Pemuda Muslim Berkarakter Pahlawan
Stakeholders menurut Freeman (1984) adalah individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh sesuatu pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, stakeholders adalah pihak yang
berperan dalam pembangunan muslim berkarakter pahlawan. Tanpa adanya stakeholders maka pembangunan dari pencapaian
tujuan ini tidak akan tercapai. Stakeholders
yang dibutuhkan dalam pembangunan ini tidaklah hanya satu stakeholders melainkan terdiri dari beberapa pihak yang berperan.
Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya sebuah sistem yang terkoordinasi
dari masing-masing stakeholders agar
tujuan ini tercapai.
Stakeholders pertama yaitu adalah diri sendiri atau
individu dari para pemuda maupun calon pemuda. Hal ini penting karena individu
ini menjadi obyek dari tujuan yaitu membangun pemuda berkarakter pahlawan
sehingga menjadi manusia yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Selain itu, stakeholders ini pun berperan sebagai
subyek dari tujuan atau orang yang melakukan sesuatu agar tujuan tercapai. Perannya
adalah bagaimana pemuda muslim mau dan berusaha untuk menumbuhkan karakter
pahlawan.
Stakeholders kedua adalah seorang ibu. Peran ibu sangat
penting karena ibu adalah madrasah pertama bagi seorang anak. Bagaimana
karakter anak tersebut di masa depan sangat dipengaruhi oleh cara mendidik. Maka
penting juga untuk ibu-ibu muslim dan para calon ibu memahami pentingnya
karakter pahlawan yang berlandaskan Islam untuk mendukung kemajuan bangsa.
Ketika stakeholders kedua ini telah
memahami pentingnya membangun karakter pahlawan maka stakeholders kedua ini dapat mendidik anaknya dengan cara terbaik.
Pendidikan pertama ini adalah landasan atau bekal pertama anak. Ketika seorang
anak telah dididik dengan baik untuk membangun karakter pahlawan dari
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di rumahnya maka kemajuan bangsa dapat tercapai.
Sedangkan stakeholders ketiga adalah lingkungan masyarakat tempat anak atau
pemuda itu bergaul. Lingkungan yang ada di dunia ini memiliki dua pengaruh
yaitu pengaruh postif ke arah lebih baik
dan pengaruh negatif ke arah yang buruk. Di dalam lingkungan ini terdapat
komunitas-komunitas yang juga berdampak dalam pembangunan karakter pahlawan
muslim. Stakeholders ketiga ini yang
dimaksud adalah komunitas-komunitas ini karena lingkungan dipengaruhi oleh apa
dan bagaimana komunitas tersebut berjalan. Sebagai contoh adalah komunitas
mentoring atau yang biasa disebut liqo’. Mentoring merupakan komunitas
berdampak positif bagi pembangunan pemuda muslim. Ketika seseorang masuk dalam
komunitas ini maka atmosfer fastabiqul
khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan ini semakin meningkat. Apalagi,
di dalam mentoring ini dibiasakan saling mengingatkan dan saling menasehati
dalam hal kebaikan. Maka dari itu, komunitas yang berdampak positif seperti
mentoring merupakan stakeholders
untuk pembangunan pemuda berkarakter pahlawan.
Pemuda muslim berkarakter pahlawan adalah yang dibutuhkan oleh Bangsa
Indonesia. Pemuda muslim berkarakter pahlawan adalah aktor pembangunan untuk
mencapai kemajuan bangsa. Karakter pahlawan ini dibentuk dengan bantuan peran stakeholders. Penting untuk direnungkan
bagi seluruh pemuda muslim di Indonesia, bagaimana peran diri sendiri terhadap
kemajuan bangsa? Apakah telah mendukung atau menghambat? Mari membangun pemuda
berkarakter pahlawan, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan
mulai dari sekarang. Allah mencatat setiap kebaikan yang dilakukan umat-Nya
walaupun sekecil biji zarah seperti yang ada dalam Q.S Al Zalzalah Ayat 7.
Daftar Pustaka
Al Quran
Angga Indrawan. (2015, 11 10). Inilah
10 Negara denngan Populasi Muslim Terbesar di Dunia. Diambil kembali dari
Khazanah Republika:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/27
/noywh5-inilah-10-negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia
BPS Indonesia. (2014). Statistik Pemuda
Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia.
Filah, S. A. (2013). Jalan Cinta Para
Pejuang. Jogjakarta: Pro-U Media.
Matta, A. (2004). Mencari Pahlawan
Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center.
Tobroni. (2015, 11 10). Pendidikan
Karakter dalam Perspektif Islam. Diambil kembali dari
http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islampendahulan/
Tidak ada komentar