Apakah kalian tahu apa yang dimaksud dengan Ghazwul Fikri? Ghazwul Fikri
berasal dari kata ghazw dan al-fikr yang secara harfiah dapat
diartikan “Perang Pemikiran”. Yang dimaksud itu ialah upaya-upaya gencar pihak
musuh-musuh Allah swt untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh
dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan
habis sampai ke akar-akarnya. Na’uzubillah,
semoga kita bukan termasuk orang yang teracuni. Jadi, bukan lagi perang secara fisik untuk melawan umat Islam namun
perang yang diam-diam meracuni otak agar jauh dari Islam, ini merupakan perang
terbuka dan harus diwaspadai.
“Sesungguhnya setan bagi kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan)nya agar mereka menjadi penghuni neraka.” (QS. Faathir:6).
Setan yang merupakan musuh umat Islam, menurut QS Al-An’aam Ayat 122
bukan hanya dari kalangan jin dan iblis saja, tetapi juga dari kalangan
manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan meojokan Islam melalui
lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Akan
tetapi, kini penghinaan dan pemojokan itu dilakukan dengan pers yang
mempergunakan saran modern yang super canggih. Didukung oleh kecanggihan
teknologi abad 21 ini. Kalian harus tahu bahwa musuh-musuh Islam itu memiliki
kehebatan yang perlu diwaspadai. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga
Internasional, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer, dan
bidang-bidang lainnya berada digenggaman mereka. Bahkan dalam bidang komunikasi
yaitu pers ada digenggaman mereka. Dan perlu kita sadari sendiri, bahwa banyak
dari umat Islam sendiri memiliki pengetahuan yang rendah terhadap agamanya
sendiri. Tidak memiliki prinsip yang kuat untuk membedakan mana perintah Allah
dan mana larangan Allah.
Tidak dapat dibantah, bahwa ada media masa yang dikuasai musuh Islam itu
memutar balikkan fakta yang ada sehingga merugikan dan memojokan Islam. Mereka
membuat masyarakat dunia membenci Islam dan menjauhinya serta menanamkan
keraguan dalam hati kaum muslimin sendiri akan kebenaran dan urgensi Islam di
dalam hidupnya.
Tidak boleh terlupakan addalah bahwa ada musuh-musuh Islam dari dalam
tubuh umat Islam sendiri tanpa disadari. Musuh dalam selimut ini sungguh perlu
diwaspadai juga, bagaimana mereka berusaha merobohkan pondasi Islam yang telah
kita bangun. Dan sesungguhnya, cerita musuh dalam selimut ini sudah terjadi
sejak zaman Nabi-nabi dahulu. Musuh dalam selimut ini rawan sekali menimbulkan
perpecahan di kalangan kaum Muslimin.
Tulisan ini bukan mengajak untuk berpikiran negatif terhadap kehidupan
dunia ini. Bukan bermaksud memecah belah apapun. Akan tetapi, tulisan ini
mengajak kita semua sebagai umat Islam membuka mata terhadap apa yang terjadi
di dunia ini. Membuka mata bahwa Ghazwul
Fikri memang ada dan sedang terjadi di sekeliling kita. Tulisan ini
mengajak kita untuk berintropeksi kepada diri kita apakah selama hidup kita,
kita telah mempelajari dan memahami agama kita sendiri? Apakah kita telah
memilii pondasi yang kuat untuk Islam? Bagaimanapun kita harus memiliki pondasi
yang kuat agar otak dan pikiran kita tidak diobrak-abrik
oleh musuh Islam. Kita memahami perintah dan larangan Allah swt. Dan mentoring
/liqo atau biasa disebut dengan
holaqoh adalah salah satu cara agar kita selalu terupgrade kekuatan pondasi dan prinsip kita. Mentoring ialah
kebutuhan kita, dimana kita dapat memahami Islam lebih dalam, berkumpul dengan
sesama muslim untuk saling menguatkan, menyadarkan kita bagaimana indahnya Ukhuwah Islamiyah itu, dan juga yang
penting adalah menjaga otak dan hati kita agar terhindar dari ghazwul fikri yang menyesatkan.
Semoga Allah swt memberikan kita
kemampuan menyeleksi bahan bacaan serta memilih media informasi yang ada
dikehidupan sehari-hari. Juga, semoga
Allah swt menjadikan hati kita cinta terhadap Islam dan selalu menda’wahkan dan
memperjuangkannya sampai akhirnya Allah swt memanggil kita ke sisi-Nya
selama-lamanya.
Sumber: http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=290
dengan perubahan tanpa mengurangi esensi yang ada.
Tidak ada komentar