Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

Cute

PENGURUS HARIAN

Kota

Portfolio

Feature

» » » Pentingnya Menuntut Ilmu dan Kewajiban Mengamalkannya



Pentingnya Menuntut Ilmu dan Kewajiban Mengamalkannya

Sejarah pernah mencatat, bahwa imperium Utsmaniyah pernah memiliki peranan yang menentukan dalam percaturan dunia. Bahkan dakwah Islamiyah pernah sampai ke Wina. Sehingga masyarakat barat menjadi tidak tenang. Itu semua bisa terjadi karena umat Islam di waktu itu membekali diri dengan ilmu pengetahuan, di samping memperkokoh keimanan. Bahkan sejarah pernah pula mencatat, bahwa kemajuan peradaban Islam di Eropa, khususnya di Spanyol, tidak terlepas dari ajaran Islam, yang menjunjung tinggi dan mengagungkan ilmu pengetahuan. Kemajuan barat, tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh para ilmuwan mereka dengan tegas mengatakan, bahwa bangsa eropa sangat beruntung dan berhutang budi dengan kedatangan Islam. Banyak ilmu pengetahuan yang ditemukan dan kemudian diadopsinya. Kesan juga diungkapkan oleh ilmuwan barat lainnya, bahwa ilmu pengetahuan yang dibawa Islam, menjadi inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern barat. Saat itulah izzul Islam wal muslimin (kemulyaan Islam dan kaum muslimin) dirasakan oleh dunia. Ini merupakan rahmat besar. Hidup dengan ilmu pengetahuan, disegani dan dihormati oleh bangsa lain. Ini sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang merupakan aturan hidup yang sempurna yang datang dari Allah SWT.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘aalamiin. Telah mensyariatkan dan mewajibkannya kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya melalui wahyuNya yang pertama kali turun yakni iqra’ (bacalah). Artinya ini perintah untuk belajar dan menuntut ilmu. (QS At Taubah : 122, Az Zumar : 9 ).
Kata “ilmu” di dalam Al Qur’an dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali. Artinya agama Islam memberi perhatian besar kepada manusia untuk membekali diri dengan ilmu, dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah untuk beribadah kepadaNya dan sebagai khalifatullah di muka bumi ini. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mewajibkan kepada semua umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabdanya : thalabul ilmi fariidhotun ‘alaa kulli muslimiin wa muslimatun (mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan). Beliau juga mempunyai kebijakan untuk mendorong umatnya terus belajar dan belajar. Misalnya ketika kaum muslim berhasil menawan sejumlah pasukan kaum musyrikin dalam perang Badar. Dengan cara menawarkan mereka, jika mau bebas mereka harus membayar tebusan, atau mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Kebijakan ini sungguh cukup strategis, karena mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslimin.
Menuntut ilmu itu adalah bagian dari ibadah. Menuntut ilmu itu adalah suatu kemulyaan. Allah SWT akan mengangkat derajat dan kedudukan orang yang menuntut ilmu. Dan Allah akan mudahkan jalan menuju surga orang yang menuntut ilmu. Allah berfirman dalam surah Al Mujadilah : 11 yang maknanya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menuntut ilmu disamping ibadah, juga merupakan jihad. Yakni jihad melawan kebodohan. Jihad melawan keterbelakangan. Maka di sinilah diperlukan kesungguhan yang luar biasa. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW : man khoroja fii tholabil ilmi fahuwa fii sabiilillah (barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia pada jalan Allah). Ilmu adalah cahaya yang menerangi dan menerangi hidup ini. Ilmu adalah petunjuk, sedang kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. (QS Al Maidah : 15-16), yang maknanya : Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Ilmu adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagaimana kita akan mengenal Allah kalau kita tidak pernah membekali diri dengan ilmu. Ilmu sekaligus juga sebagai petunjuk keimanan dan beramal sholih. Dengan menuntut ilmu berarti kita telah meneladani sifat Allah yang Mulia yakni Al Aliim. Bukankah kita diperintakan untuk berakhlak dengan akhlak Allah. Allah telah memberi anugerah kepada penuntut ilmu dengan rahmah dan maghfirohNya. Sehingga energi yang dimiliki oleh orang aliim, diharapkan mampu meningkatkan kualitas manusia dan menjawab berbagai persoalan manusia.
Selayaknya seorang penuntut ilmu antusias untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya, sebagaimana antusias dia dalam mencari tambahan ilmu baru. Karena tujuan pokok menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Mengamalkan ilmu juga menjadi pertanda atas nikmat Allah berupa ilmu, yang dengannya Allah akan menambahkan ilmu sebagai ziyadah (tambahan) nikmat atasnya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,” (QS. Ibrahim: 7)
Maka barangsiapa yang mensyukuri nikmat ilmu dengan amal, niscaya Allah akan menambah nikmat berupa ilmu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Wahid bin Zaid, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan membuka baginya ilmu yang belum diketahui sebelumnya.”
Orang yang hanya sibuk mencari ilmu namun tidak berusaha mengamalkannya, seperti orang yang mencari uang, namun ia tidak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya dia mencari uang?
Abdullah bin Mubarak berkata, “Orang yang berakal adalah, seseorang yang tidak melulu berpikir untuk menambah ilmu, sebelum dia berusaha mengamalkan apa yang telah dia miliki, Maka dia menuntut ilmu untuk diamalkan, karena ilmu dicari untuk diamalkan.
Tentu saja penekanan beliau adalah motivasi untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki, bukan mengerem atau menjatuhkan semangat untuk menambah ilmu. Bagaimanapun, kita tetap harus senantiasa menuntut ilmu dan terus berusaha mengamalkan ilmu. Tidak dibenarkan juga seseorang yang tidak sudi menuntut ilmu dengan alasan takut akan tuntutannya. Karena berarti dari awal dia sudah tidak memiliki niat untuk mengamalkan ilmu. Akhirnya ia menjadi orang yang bodoh dari ilmu dan kosong dari amal. Tepat sekali jawaban sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ketika seseorang kepada beliau, “Sebenarnya aku ingin mencari ilmu, tapi aku takut menyia-nyiakannya (yakni takut tuntutan mengamalkannya).” Maka beliau berkata, “Cukuplah kamu dikatakan menyia- nyiakan ilmu jika kamu tidak mau belajar.
Para ulama memandang, seseorang tidak dikatakan alim (orang yang berilmu) kecuali setelah mengamalkan ilmu yang dimilikinya “Innamal ‘aalim, man ‘amila bimaa ‘alim.”(sungguh orang yang yang alim itu adalah orang yang mengamalkan ilmunya) Imam asy-Sya’bi juga berpendapat bahwa orang yang faqih adalah orang yang benar-benar menjauhi segala yang diharamkan Allah SWT dan alim adalah orang yang takut kepada Allah SWT. Jika kita menengok para ulama salaf dan para Imam yang bertabur ilmu, akan kita dapatkan bahwa mereka bukan sekedar ahli ilmu, tapi juga ahli ibadah. Bukan sekedar ibadah yang wajib dan yang tampak, tapi juga ibadah yang sunnah dan yang tersembunyi.



Diambil dari http://www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=135 dengan sedikit gubahan.

Unknown

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu