Sejarah pernah
mencatat, bahwa imperium Utsmaniyah pernah memiliki peranan yang menentukan
dalam percaturan dunia. Bahkan dakwah Islamiyah pernah sampai ke Wina. Sehingga
masyarakat barat menjadi tidak tenang. Itu semua bisa terjadi karena umat Islam
di waktu itu membekali diri dengan ilmu pengetahuan, di samping memperkokoh
keimanan. Bahkan sejarah pernah pula mencatat, bahwa kemajuan peradaban Islam
di Eropa, khususnya di Spanyol, tidak terlepas dari ajaran Islam, yang
menjunjung tinggi dan mengagungkan ilmu pengetahuan. Kemajuan barat, tidak bisa
dipisahkan dari kontribusi Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh para ilmuwan
mereka dengan tegas mengatakan, bahwa bangsa eropa sangat beruntung dan
berhutang budi dengan kedatangan Islam. Banyak ilmu pengetahuan yang ditemukan
dan kemudian diadopsinya. Kesan juga diungkapkan oleh ilmuwan barat lainnya,
bahwa ilmu pengetahuan yang dibawa Islam, menjadi inspirasi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan modern barat. Saat itulah izzul Islam wal muslimin (kemulyaan
Islam dan kaum muslimin) dirasakan oleh dunia. Ini merupakan rahmat besar.
Hidup dengan ilmu pengetahuan, disegani dan dihormati oleh bangsa lain. Ini
sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang merupakan aturan hidup yang
sempurna yang datang dari Allah SWT.
Islam sebagai
agama rahmatan lil ‘aalamiin. Telah mensyariatkan dan mewajibkannya kepada
umatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya melalui wahyuNya yang pertama
kali turun yakni iqra’ (bacalah). Artinya ini perintah untuk belajar dan
menuntut ilmu. (QS At Taubah : 122, Az Zumar : 9 ).
Kata “ilmu” di
dalam Al Qur’an dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali. Artinya
agama Islam memberi perhatian besar kepada manusia untuk membekali diri dengan
ilmu, dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah untuk beribadah
kepadaNya dan sebagai khalifatullah di muka bumi ini. Oleh karena itu,
Rasulullah SAW mewajibkan kepada semua umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana
sabdanya : thalabul ilmi fariidhotun ‘alaa kulli muslimiin wa muslimatun (mencari
ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan). Beliau juga mempunyai
kebijakan untuk mendorong umatnya terus belajar dan belajar. Misalnya ketika
kaum muslim berhasil menawan sejumlah pasukan kaum musyrikin dalam perang
Badar. Dengan cara menawarkan mereka, jika mau bebas mereka harus membayar
tebusan, atau mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Kebijakan ini sungguh
cukup strategis, karena mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di
kalangan kaum muslimin.
Menuntut ilmu
itu adalah bagian dari ibadah. Menuntut ilmu itu adalah suatu kemulyaan. Allah
SWT akan mengangkat derajat dan kedudukan orang yang menuntut ilmu. Dan Allah
akan mudahkan jalan menuju surga orang yang menuntut ilmu. Allah berfirman
dalam surah Al Mujadilah : 11 yang maknanya : Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Menuntut ilmu
disamping ibadah, juga merupakan jihad. Yakni jihad melawan kebodohan. Jihad
melawan keterbelakangan. Maka di sinilah diperlukan kesungguhan yang luar
biasa. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW : man khoroja fii tholabil ilmi
fahuwa fii sabiilillah (barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia
pada jalan Allah). Ilmu adalah cahaya yang menerangi dan menerangi hidup ini.
Ilmu adalah petunjuk, sedang kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. (QS Al
Maidah : 15-16), yang maknanya : Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu
sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab
Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Ilmu adalah alat untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Bagaimana kita akan mengenal Allah kalau kita tidak pernah
membekali diri dengan ilmu. Ilmu sekaligus juga sebagai petunjuk keimanan dan
beramal sholih. Dengan menuntut ilmu berarti kita telah meneladani sifat Allah
yang Mulia yakni Al Aliim. Bukankah kita diperintakan untuk berakhlak dengan
akhlak Allah. Allah telah memberi anugerah kepada penuntut ilmu dengan rahmah
dan maghfirohNya. Sehingga energi yang dimiliki oleh orang aliim, diharapkan
mampu meningkatkan kualitas manusia dan menjawab berbagai persoalan manusia.
Selayaknya
seorang penuntut ilmu antusias untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya,
sebagaimana antusias dia dalam mencari tambahan ilmu baru. Karena tujuan pokok
menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Mengamalkan ilmu juga menjadi pertanda
atas nikmat Allah berupa ilmu, yang dengannya Allah akan menambahkan ilmu
sebagai ziyadah (tambahan) nikmat atasnya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,” (QS. Ibrahim: 7)
Maka
barangsiapa yang mensyukuri nikmat ilmu dengan amal, niscaya Allah akan
menambah nikmat berupa ilmu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Wahid bin
Zaid, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan membuka baginya
ilmu yang belum diketahui sebelumnya.”
Orang yang
hanya sibuk mencari ilmu namun tidak berusaha mengamalkannya, seperti orang
yang mencari uang, namun ia tidak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya dia
mencari uang?
Abdullah bin
Mubarak berkata, “Orang yang berakal adalah, seseorang yang tidak melulu
berpikir untuk menambah ilmu, sebelum dia berusaha mengamalkan apa yang telah
dia miliki, Maka dia menuntut ilmu untuk diamalkan, karena ilmu dicari untuk
diamalkan.
Tentu saja
penekanan beliau adalah motivasi untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki,
bukan mengerem atau menjatuhkan semangat untuk menambah ilmu. Bagaimanapun,
kita tetap harus senantiasa menuntut ilmu dan terus berusaha mengamalkan ilmu.
Tidak dibenarkan juga seseorang yang tidak sudi menuntut ilmu dengan alasan
takut akan tuntutannya. Karena berarti dari awal dia sudah tidak memiliki niat
untuk mengamalkan ilmu. Akhirnya ia menjadi orang yang bodoh dari ilmu dan
kosong dari amal. Tepat sekali jawaban sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,
ketika seseorang kepada beliau, “Sebenarnya aku ingin mencari ilmu, tapi aku
takut menyia-nyiakannya (yakni takut tuntutan mengamalkannya).” Maka beliau
berkata, “Cukuplah kamu dikatakan menyia- nyiakan ilmu jika kamu tidak mau
belajar.
Para ulama
memandang, seseorang tidak dikatakan alim (orang yang berilmu) kecuali setelah
mengamalkan ilmu yang dimilikinya “Innamal ‘aalim, man ‘amila bimaa
‘alim.”(sungguh orang yang yang alim itu adalah orang yang mengamalkan ilmunya)
Imam asy-Sya’bi juga berpendapat bahwa orang yang faqih adalah orang yang
benar-benar menjauhi segala yang diharamkan Allah SWT dan alim adalah orang
yang takut kepada Allah SWT. Jika kita menengok para ulama salaf dan para Imam
yang bertabur ilmu, akan kita dapatkan bahwa mereka bukan sekedar ahli ilmu,
tapi juga ahli ibadah. Bukan sekedar ibadah yang wajib dan yang tampak, tapi
juga ibadah yang sunnah dan yang tersembunyi.
Tidak ada komentar